Langsung ke konten utama

MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI (VERSI LENGKAP CHAPTER 21,22,23) INSIDEN

INSIDEN

Jika yang belum membaca cerita sebelumnya akan ketinggalan banyak jadi mohon di baca cerita awal dulu ya....!! 

Langsung aja ya guys saya sambung dari cerita sebelumnya. Dalam cerita kali ini akan lebih banyak titik2 dimana lebih banyak keanehan dan misteri yang terjadi. 


"Bang!!!" 
Setelah mengantarkan Erik dan sampai di rumah, Saya pun tergesa-gesa menutup pintu, kemudian saya sempatkan untuk bersandar dibaliknya sambil menatap ruang tamu, hanya untuk meyakinkan saya bahwa saya sudah di rumah.

Ya! Saya sudah di rumah, tapi pikiran saya masih disana. Kejadian itu sepertinya tidak akan hilang dari ingatan saya dengan mudah, bahkan mungkin tidak akan hilang sama sekali. Apa yang pak jawi lakukan, apa yang anak-anaknya lakukan, siapa orang yang ada di sebelah sumur itu, dan yang lebih mengganggu pikiran saya adalah 

Pengakuan Erik yang melihat Pak Jawi menggendong Lembu Hitam yang sangat besar. Kata-kata lembu hitam sudah sering kali terngiang di pikiran saya sejak sugik juga mengaku melihat hal yang sama

Tapi bagaimana bisa, pak jawi yang kurus seperti itu, menggendong Lembu yang katanya sangat besar. Cukup besar untuk membuat bagian depan motor sugik peot.

Anyway, setelah saya melepas sendal, jaket dan baju saya yang berlumuran lumpur. Saya pergi ke ruang tamu untuk menenangkan pikiran, sampai akhirnya saya tertidur, pulas, berharap setelah bangun saya bisa melupakan semuanya.
Chapter 21
Desember 2014
08:00 WIB

MAHASISWA

“Kali ini kamu gak bisa lari dari aku, lembu sialan”

Entah dari mana awalnya saya tidak ingat, tapi lembu hitam ini sekarang tepat berada di depan saya. Saya gak tahu apa yang harus saya lakukan untuk nangkap lembu ini seorang diri, pun saya gak tahu apa yang bisa saya dapat dari nangkap lembu hitam ini

“Interview with a Cow”

Saya geleng-geleng kepala berusaha menghilangkan pikiran aneh disaat genting seperti ini.

Kelihatan itu lembu mulai menundukkan kepalanya dan sedikit mengangkat bahunya. Layaknya banteng di pertunjukan matador, saya bisa lihat kaki si lembu (Atau tangan si lembu?? saya tidak tahu karena empat-empatnya dipakai buat berdiri, atau merangkak??) Lembu itu mulai menggaruk-garuk tanah pertanda dia siap menerkam saya. Saya bisa melihat banyak laler tersembur dari hidungnya, pertanda dia sedang menghembuskan nafas, dan bersiap menyeruduk saya dengan….. dengan dahinya!! Karena lembu ini tidak memiliki tanduk, dan kalau dilihat-lihat dia mirip pak jawi, tapi lebih berotot.

Dan lembu itupun mulai melesat!!!! 

Mundur, menuju sumur tua, dan masuk ke dalam

Saya pun mengejarnya sampai ke sumur tempat dia nyemplung, dan pas saya lihat ke dalam sumur

“Anjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaay, seorang wanita seksi mengenakan baju hitam mirip Hilda di manga Beelzebub, tapi dia memakai aksesoris kepala seperti tanduk banteng”

Cewe itu tersenyum, saya pun tersenyum kemudian dia menunjukkan sebuah batu di tangannya. Itu batu yang dulu saya lempar ke sumur pak jawi, diapun dengan baik hati mengembalikan batu itu ke saya, sayangnya umpan yang dia berikan terlalu tinggi sehingga gagal saya tangkap dan mendarat tepat di dahi saya.

“Aw!!” 

Saya ambil batu itu, batu yang aneh itu berbentuk panjang, berwarna putih dengan ujung hitam, dan ada sebuah tulisan di batu itu yang mungkin saja ditulis sama cewe di bawah sumur yang berbunyi

“Snowman, Board Marker”

“Lhooo ini bukan batu, tapi spidol??”

“YA!!! DAN INI BUKAN TEMPAT TEMPAT TIDUR, TAPI KELAS PERKULIAHAN!!”

Suara tawa teman-teman mengiringi terbukanya mata saya, seolah itu adalah ucapan selamat datang kembali ke dunia nyata. Dunia fana pun terasa seperti neraka kalau dosennya itu Pak Lut. Dia dosen yang baik dan murah nilai kalau sama Mahasiswi, sama mahasiswa juga sih, asal mahasiswanya cantik.

Apapun itu, yang jelas saya ngerasa sedikit malu ditertawakan oleh teman sekelas yang belum semuanya saya kenal soalnya baru dua hari perkuliahan dimulai. Kemarin waktu masih menempuh D3 di pesantren, tidur adalah hal yang lumrah, dan bisa bangun kapan saja tanpa takut ditertawakan, karena satu kelas isinya Mahasiswa semua.

Tapi ini hari kedua perkuliahan program S1 saya dimulai. Setiap sabtu dan minggu saya harus pergi ke kota untuk kuliah, dan hampir selalu pulang malam. Kuliahnya sih sampai jam 2 siang, tapi maennya bisa sampai jam 10 malam. Begitupun dengan hari ini.
Chapter 22
Desember 2014
21:00 WIB

SAHABAT

“Click”

Bunyi kunci helm terpasang, menandakan siapnya saya untuk perjalanan pulang. Tidak ada yang bisa melihat saya sumringah di dalam helm, saya senyum-senyum sendiri karena ini pertama kalinya saya mengendarai si Sexy Vixion melewati indahnya lampu kota. Vixion ini hadir di kehidupan saya setelah saya mencampakkan Matic terkutuk itu, dan tanpa basa basi lagi 

“Brmmmmmmmm”

Saya menuju desa Soko Gede yang jarak tempuhnya sekitar 20 menit dari Kota Situbondo. Seperti biasa setiap perjalanan jauh, saya selalu puter playlist kesayangan saya L’Ar~en~Ciel, The Gazette, Elvis Presley dan Coldplay (No Haters please)

Dan akhirnya tibalah saya di kampung halaman, desa Soko Gede. Alih-alih langsung pulang ke rumah, saya malah menuju ke Distro Romeo milik sahabat saya, Adi.

Sesampainya disana….

“Darimana bang??”

Tanya adi menyambut kedatangan saya tanpa sedikitpun memalingkan wajah dari layar TV nya.

“Abis pulang kuliah nih, mampir kesini soalnya almamater saya kegedean. Bisa kamu kecilin dikit gak?”

Tanya saya sambil menyodorkan almamater biru yang masih kebungkus plastik.

“Yaaaaelaah Bang Daniil, ini Distro bang! Bukan tukang jahit, yang bener napa”

Kali ini dia menoleh tapi matanya masih ke arah TV.

“Kalau Pes 2013 + Winning Eleven + Ultimate Ninja Storm full krack gimana???”

Saya tahu ini tawaran mematikan saya, jadi saya ucapin sambil buang muka sok jual mahal

“Senin bisa diambil bang!”

Respon adi cepat sekali membuang stick PS2 dan langsung menyambar almamater saya yang saya taruh di atas estalase.

“Anak ini satu-satunya remaja yang punya bisnis sukses di desa ini, tapi beli game ori aja dia gak bisa?”

Gerutu saya dalam hati.

Sembari menunggu adi mengukur almamater, saya sempetin buat lihat-lihat barang-barang di distronya. Saya punya selera yang rendah kalau soal fashion, jadi Cuma butuh waktu 5 sampai 6 menit buat saya untuk dapetin baju atau celana yang cocok. Maklum yang saya lihat Cuma warnanya. Akhirnya saya ambil satu kaos oblong bergambar mata casper, terus saya pisahin buat dibungkus.

Waktu menunjukkan pukul 22:15, pantesan distro sudah sepi, maklum distronya di desa. 

Tiba-tiba diantara celah-celah baju distro yang tergantung rapi, saya melihat seseorang, seseorang yang saya kenal, dia sedang bersembunyi disana menunggu saya menghampirinya. Saya pun menghampirinya pelan, pelan, pelan sekali biar dia gak sadar kalau saya sudah memegang penggaris plastik. Dan ketika sudah dekat

“Caaaaaak…..”

Bener-bener saya enek banget lihat muka erik malam itu, muka yang dipaksa-paksain mirip sama anaknya pak Jawi, spontan aja saya pukul pantatnya pakai penggaris

“GAK LUCU!!!”

“Ampun cak!! Ah Ampun Dan”

Adi Cuma tersenyum ngelihat erik yang lima tahun lebih tua dari dia justru bertingkah seperti 10 tahun lebih muda darinya.

Entah apa yang ada di otak sahabat saya ini. Dia masih bisa bikin lelucon dari sebuah kejadian yang mungkin jadi salah satu peristiwa paling sadis dalam hidupnya.

Setelah menghabiskan sedikit waktu bersama mereka, saya pun pulang.
Chapter 23
Desember 2014
00:00 WIB
NYANYIAN TENGAH MALAM

Home sweet home, akhirnya sampai juga saya di rumah. Pegel, meriang, masuk angin, semua penyakit yang sering disebut di iklan balsem sedang saya alami saat ini. Malangnya, saya tidak bisa langsung masuk ke rumah soalnya ngelihat isi kotak mainan Faza, adek sepupu saya yang berserakan di teras. Kalau Cuma buku, boneka sama action figure sih gampang beresinnya, tapi kepingan lego yang bercecer ini harus saya pungutin sampe bersih

“Kok tumben-tumbenan si faza telantarin maenannya, sampe ninggalin boxnya di luar gini???”

Pikir saya heran

Anyway “Krek!!”

Saya pun masuk rumah lewat pintu depan yang kebetulan saya punya kunci cadangannya. Meskipun tahu semua udah pada tidur, tapi tetep aja saya ucapin salam (kebiasaan).

Akhirnya setelah proses pembersihan diri, saya pun merebahkan diri di kasur. 

Damn!! Ketika semua anggota tubuh saya sepakat untuk capek, mata saya menolak untuk merem. Saya pun memperhatikan stiker bintang “glow in the dark” yang saya tempel di langit-langit. Berharap dengan begitu saya bisa 
Terpejam……………………………

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!

Suara jeritan? Keras banget dan berulang-ulang. Saya tahu itu tidak berasal dari dalam rumah saya, tapi cukup mengerikan untuk membangunkan seluruh keluarga saya yang sedang tertidur, apalagi saya yang baru mencoba tidur.

Kreaak!!!

Dibukanya pintu rumah membuat suara itu semakin jelas mengaung ke dalam. Saya yang sudah berada di luar rumah, bersama Bapak dan Avin (Adik laki-laki saya) menyusuri setiap sudut halaman, mencoba mencari tahu darimana asal suara itu. Satu persatu tetangga saya keluar dari dalam rumahnya.

“Ada apa ya pak haji??” 

Tanya Pak suryo salah seorang tetangga saya.

“Gak tahu pak!! Tiba-tiba aja ada suara orang teriak, tapi bukan di dekat sini”

Jawab bapak saya yang juga kebingungan

Saya melihat ke pohon mangga, tiang listrik, atap rumah, pohon kelapa, ke pohon mangga lagi tapi sepertinya memang bukan di dekat sini. Sepertinya suara itu berasal dari rumah tetangga di gang sebelah. Meski tidak satupun dari kami yang tahu asal suara itu, tapi setidaknya kami sepakat akan satu hal

“ITU SUARA ANAK KECIL”

Pak suryo memberi isyarat pada keluarganya yang dari tadi nongol di pintu dan jendela untuk masuk dan tidak membuka pintu rumahnya sebelum dia pulang. Bapak saya pun melakukan hal yang sama

“Jangan tinggalin rumah atau buka pintu kecuali bapak datang”

Perintah bapak yang disusul oleh anggukan saya.

Kemudian bapak, pak suryo dan tetangga yang lain pun bergegas menuju ke asal suara tapi tiba-tiba

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”


“Aaa aapaa yang sebenarnya terjadi??”

Baru saja terdengar suara jeritan yang sama, tapi dari arah berbeda. Kali ini suara jeritannya lebih jelas terdengar dan tidak butuh waktu lama untuk tahu kalau asal suara itu dari belakang rumah saya.

Hal ini tentu membuat bingung Bapak dan tetangga yang tadi sudah berniat pergi ke gang sebelah. Antara bingung dan takut, mereka pun memutuskan untuk berpencar. Pak wiwi selaku hansip memegang komando, membagi warga untuk pergi ke asal suara.

“Kalau ada apa-apa, langsung kabari yang lain!!! Kita kumpul disini lagi!! Mengerti??”

“MENGERTI!!”

Ucap warga, dan juga saya. Saya pun bergegas mengikuti warga yang diberi tugas ke gang sebelah karena disanalah awal jeritan itu terjadi. Tapi……

“Heh! Mau kemana???”

Bapak saya menarik baju saya.

“Kok mau kemana pak? Ya ikut warga lhaaa!!”

Bapak saya Cuma geleng-geleng sambil bergegas ninggalin saya, menuju ke belakang rumah.

“Saya bukan anak kecil lagi pak, saya sudah dewasa!!”

Bapak saya Cuma berhenti sebentar untuk bilang

“Justru orang dewasa itu tahu kapan harus menjaga keluarga”

Kemudian beliau pergi lagi. Merasa tidak mau kalah, saya pun masih ngeyel

“Terus bapak sendiri kenapa pergi???”

Bapak saya yang sudah pergi ke belakang rumah menjawab sambil teriak

“Bapak kan orang tua!!”


Speechless……. Sekarang saya tahu darimana asalnya sifat saya ini. Tapi ada benernya juga, saya gak bisa ninggalin Ibu, Farah, Mbah, Bu De, dan Faza di rumah sendirian. Akhirnya saya menyuruh avin yang masih mondar-mandir di pinggir jalan buat masuk.

Di dalam, kami sepakat untuk tidak tidur sebelum bapak pulang. Lagian siapa yang bisa tidur kalau suara teriakan itu masih terdengar jelas, hanya saja sekarang sudah bercampur dengan suara gaduh pemilik rumah yang panik.

Kami sekeluarga berkumpul di ruang tamu, hanya mbah yang memilih tetap di kamar. Saya perhatiin wajah farah yang ketakutan, avin yang sibuk sama smartphonenya, Ibu dan bude yang duduk sambil berdzikir.

“Syukurlah mereka masih bisa tenang, jadi saya juga gak terlalu cemas”

Benarkah??...........

Seketika itu juga semua keluarga saya menghentikan kegiatannya barusan, karena kami sama-sama kaget dengan munculnya teriakan baru di belakang rumah saya. Rumah yang bersebelahan dengan rumah yang menjadi asal teriakan ke dua. Bahkan kalau saya pejamkan mata dan pasang telinga baik-baik, saat ini sudah banyak sekali terdengar suara teriakan anak kecil di berbagai penjuru desa sejauh yang bisa saya dengar.

Kata-kata Ibu pun sudah tidak bisa lagi menenangkan farah, bahkan avin adik laki-laki saya yang sudah SMA pun terlihat sangat ketakutan sambil memegang bantalan kursi di ruang tamu. 

Sekarang, entah kenapa semua keluarga saya melihat kearah rumah pak suryo yang ada di sebelah selatan rumah saya. Saya dan keluarga sudah sadar kalau suara itu terdengar bergantian dari rumah ke rumah dan semakin dekat dengan rumah saya. Satu-satunya rumah yang paling dekat dengan rumah saya dan rumah yang jadi sumber teriakan barusan adalah

“Rumah Pak Suryo”

Perlahan demi perlahan saya menghampiri jendela kaca yang ada di ruang tamu.
Sedikit demi sedikit saya buka kelambunya dan kemudian terlihat dengan jelas rumah pak suryo.
Tidak ada yang berani berkata-kata, semuanya diam, hanya suara Mbah yang sedang berdzikir, ditambah teriakan dan suara gaduh warga di luar rumah yang masih saja terdengar.

Kemudian saya mendengar suara Aim, cucu pak suryo yang berumur sekitar 5 tahun menangis memanggil ibunya

“Mmaaaaak, emmmmaaaaaak”

Entah kenapa jantung saya berdegup kencang, padahal saya tahu saya bukan emmaknya dan aim tidak sedang memanggil saya.

Anak kecil yang merupakan teman bermain faza itu masih saja memanggi ibunya yang mungkin sedang tidur.

“maaaak, maaaaaaaaaaaaak, maaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak”

Suara aim semakin keras, semakin keras, dan 

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA”

muncullah teriakan yang sama seperti rumah-rumah yang lain. Yang disusul teriakan farah dan keluarga saya

“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa Ibuuuuuuuu takut ibuuuuuuuuu”
-----------------------------------------------------------------------------------------------
“Haduuuuuuuuh mbaaaak, telepon kak haji mbak, suruh cepat pulang mbaaaaak”
-------------------------------------------------------------------------
“Iyaa iyaaa, tenang nduk, nde, banyak-banyak berdzikir. Ibu gak bisa nelpon bapaknya soalnya bapak gak bawa HP”
----------------------------------------------------------------------------------------
“Buuuuu telepon polisi aja buuu, telepon polisi”
-----------------------------------------------------------

Saya tidak tahu lagi apa yang harus saya lakukan, rumah pak suryo sudah mulai gaduh dengan suara keluarganya yang mencoba menenangkan aim yang masih saja teriak, teriaak, semakin kencang seperti orang ketakutan. Saya pun bisa mendengar suara Pak Suryo yang sudah pulang dari rumah tetangga di belakang.

Semua kegaduhan di luar rumah, suara teriakan anak-anak tetangga yang masih saja tidak berhenti, dan paniknya keluarga saya, membuat pikiran saya blank. Saya hanya menatap pintu berharap bapak cepet pulang dan memberitahu kami apa yang harus kami lakukan. 

Tapi kemudian saya ingat apa yang dikatakan bapak sebelum pergi barusan. Muncul sedikit keberanian di hati saya, yang mendorong saya untuk berpikir tenang, mencari solusi dari apa yang sebenarnya terjadi. Kenapa semua anak kecil di semua rumah di dusun ini mendadak berteriak histeris, kenapa malam ini?? Kenapa anak kecil??

ANAK KECIL????

Kemudian saya teringat sesuatu yang dari tadi saya dan keluarga saya lupakan.

“Bu de!!!”

Saya mencoba memanggil bude yang masih panik, sehingga tidak bisa mendengar saya.

“Bu deeeeeee!!!!”

Suara tangis farah masih lebih kencang daripada suara saya, sehingga tidak satupun dari keluarga saya yang mendengar

“COBA DIAM SEMUAAAAA!!!”

Semua keluarga saya diam seketika menatap saya yang ngos-ngosan entah karena capek, panik bingung, tapi yang jelas wajah saya bisa meyakinkan mereka kalau saya sedang takut. Setelah mreka semua tenang barulah saya bertanya, pertanyaan yang seharusnya saya tanyakan dari tadi, karena saya mulai mengerti apa arti dari tragedy malam ini

“Bu de……"

FAZA TIDUR DIMANA???
Bersambung CHAPTER 24....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluargaku Yang Harmonis Berujung Miris Dan Menyeramkan (CERITA MISTIS NYATA)

Penampakan Tuyul Yang Sering Aku Lihat Dikampungku (Part 3) ITUMISTIS - Perlu diketahui gan, karena aku tinggal di desa maka masih banyak persawahan terbentang luas, ditengah pemukiman pun masih banyak tanah kosong yg tak terurus (kalo diaerahku menyebutnya bon suwung), disana masih banyak pohon yg gede2, tanaman bambu yg rimbun juga semak belukar. Kebetulan rumahku juga deket bon suwung, jadi letaknya dipinggir sebuah gang (halaman rumah jadi satu dengan gang), utara rumahku adalah rumah joglo yg sudah tua milik simbahku, samping rumah joglo itu tanah kosong yg luas (bon suwung), utara bon suwung adalah kuburan.... sementara dibelakang rumahku ada rumah milik pakdheku, belakang rumah pakdheku adalah kali.... kali yg berpuluh2 tahun gak pernah mati karena ada mata air diutara kampungku. Bingung ya gan?emoticon-Bingung  Semua tempat yg aku sebutin itu adalah tempat yg terbilang wingit, apalagi mata air yg terletak di utara kampungku, kata tetua desa kami... di sekitar

KISAH MITOS

Kisah Mitos Tiga Desa Nganteng Bersetubuh Dengan Penunggu Wisata Danau Ngantang Selorejo Malang Cerita Mitos kali ini berkisah nyata tentang akibat Pesugihan.Cerita hantu siluman paling seram dan nyata terbaru ini saya jadikan cerpen horor sebagai artikel pertama untuk mengawali Kumpulan cerita horor nyata seram dan menakutkan terbaru. Sebelum Anda terjerumus, sebaiknya dipikir jernih. Tak ada untungnya melakukan persekutuan gaib dengan makhluk halus. Terlebih dalam urusan kekayaan. Meski enteng syarat dan enteng hasil, namun urusan dibelakangnya sangatlah mengerikan. Segeralah bertobat… Insya Allah, Tuhan memberi jalan terang seterang jalan di Surga. Amin… Pengalamanku terjun di dunia pesugihan, membuatku menyesal seumur hidup. Aku yang kala itu istri dari seorang pimpinan group campursari, sedikitpun tak memikirkan masa depan keluarga. Beratnya menjalankan dan besarnya resiko, tidak lagi sekedar cerita dan mereka yang pernah melakoni dunia pesugihan. Pengalaman mengerikan

Keluargaku Yang Harmonis Berujung Miris Dan Menyeramkan (CERITA MISTIS NYATA)

Suara Misterius Yang Selalu Terdengar (Part 1) ITUMISTIS - Sedikit perkenalan gan, namaku Wawan... Aku tinggal disebuah kampung yg ada dipinggiran kota besar dipulau jawa yg sebagian besar penduduknya masih bertani. Begitu juga dengan orang tuaku, selain bertani mereka juga berdagang. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, perlu diketahui gan..tahun 1998 aku lulus SMA, jadi sudah ketebak berapa umurku saat ini. Cerita ini berdasarkan pengalamanku sendiri dan keluarga serta beberapa orang terdekatku. Saat itu aku masih SMA, sepulang sekolah aku dan adik serta kakakku membantu ortuku disawah karena saat itu adalah musim tanam, jadi butuh tenaga ekstra yg tidak mungkin hanya dikerjakan oleh kedua orang tuaku. Sekitar jam 4 sore aku berniat pulang... "Pak aku pulang duluan ya... soalnya tadi udah janjian sama temen" kataku ke bapak. "Ya gak apa2, lagian juga sudah mau selesai kok" kata bapak. Akupun bergegas pulang dengan motorku, sementar