Langsung ke konten utama

MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI (VERSI LENGKAP CHAPTER 14,15,16,17,18)

Chapter 14
Juli 2014
Situbondo, Jawa Timur
10:00 WIB

REUNI

“Tuyul!!”

“Setuju!!”

“Semua yang kamu ceritakan itu sangat mengindikasikan, kalau Pak Jali adalah pemelihara Tuyul”

“Jali??”

“Jarwi!”

“Jawi kali!!”

Dan perdebatan yang keluar jalur itupun berlanjut.

Ini masih sama seperti dulu, mereka bertiga gak berubah. Dan kalau dipikir-pikir, saya juga gak banyak berubah, buktinya disini Cuma saya yang lebih sedikit ngomong, selalu saja begitu. Tapi melihat mereka bertiga masih sehat wal afiat, saya merasa senang. Sahabat, saudara yang saya pilih sendiri, bukan yang sudah ada sejak lahir, tapi gak pernah ada selama hidup. Ada alasan khusus kenapa saya mengumpulkan mereka hari ini, dan saya yakin apapun alasan saya mereka adalah orang yang siap membantu. Sama seperti tahun lalu, dan dua tahun sebelumnya, dan tiga tahun sebelumnya dan tahun-tahun lainnya.

“Dan, kamu tahu kan kalau yang beginian bukan bidangku???”

Seperti biasa, erik orang yang simple. Kalau dia gak bisa dia bilang gak bisa.

“Tapi kamu tahu juga kan, kalau aku demen banget sama hal-hal ginian??? So aku ikut Dan”

Dan dari saking simplenya dia mau ngelakuin apapun yang bikin dia tertarik, meskipun itu bukan bidangnya. Erik, si Joker.

“Emmmm Apa gak sebaiknya kamu ke rumah Kyai, atau ustad gitu??? Kayanya kali ini beda sama sebelum-sebelumnya nil, jelas banget ada faktor supernatural yang gak bisa kamu selesain sendiri.”

Ada benernya ucapan si Uci, dia orang yang paling pesimis diantara kami berempat, tapi dia yang paling cerdas, pantes kalau dia dijuluki Si Smart (Ini dia sendiri yang ngasih julukan)

Dan anak kecil yang dari tadi Cuma bengong liatin temennya debat, dia adalah Adi. Dia yang paling muda diantara kami berempat, tapi dia yang paling Dewasa, jadi kami semua manggil dia Si Bapak.

“Oh ya bang, siapa nama temen madrasahmu yang kamu bilang resek itu?”

Tanya adi.

Mungkin yang dimaksud adi adalah si Rasyid. Dia teman madrasah saya 
(Kalau kuliah disini, wajib sekolah madrasah. Jadi pagi sekolah madrasah, sorenya baru kuliah).

Jadi sebelum saya pergi nongkrong disini bareng Erik, Uci dan Adi pagi harinya saya nongkrong bareng temen-temen di kantin madrasah. Seperti biasa, saya minta opini mereka tentang Pak Jawi dan semua yang saya dan warga rumah alamin. Tapi tentunya hanya orang-orang tertentu yang saya mintai pendapat. Orang-orang yang gak terlalu penting, gak saya ajak, salah satunya ya si Rasyid ini.
Chapter 15
Juli 2014
Situbondo, Jawa Timur
08:00 WIB

ITU CERITA LAMA

“HOAX!!!”
Teriak rasyid yang diam-diam nguping percakapan saya sama temen-temen madrasah. Awalnya gak saya hiraukan, saya lanjut aja ngobrol. Tapi itu kunyuk dari tadi gak bisa diam dan tetep ngoceh

“HOAX!!!”

Sekali lagi dia ngomong Hoax, saya jamin ini bakul nasi bakal jadi bakul kepalanya si Ra…

“HOAAAX!!!!”

“DAR!!!”

Bener lah, itu bakul nasi mendarat tepat di kepala teman saya yang duduk di samping Rasyid. Saya sedang marah dan sangat gak keren kalau saya minta maaf sekarang, jadi saya gak hiraukan orang di samping rasyid, dan langsung nyamperin si kunyuk.

“Maksudmu apa Kampret??”

Gertak saya sambil ngedorong bahunya si Rasyid

“Hoax Lo!! Mau ngebegoin temen-temen loe pake cerita kaya gitu, itu lebih kampret! Kampret!!!”

Rasyid Nuduh saya nyebarin berita bohong, sementara dia sendiri gak tahu kebenarannya gimana. Maklum lah dia orang luar Jawa yang kebetulan saja mondok di pesantren tempat saya Kuliah. Akhirnya terjadilah cek cok yang sempet bawa-bawa suku, ras dan nama orang tua.

“Heh!! Kamu orang luar, mending jangan sok tahu!!!”

Kali ini nada bicara saya sudah semakin tinggi.

“Loe yang sok tahu!!! Itu cerita tentang pak tua yang punya enam anak cacat udah ada di kampung gue bahkan waktu gue masih kecil!!! Loe pikir gue bisa dibegoin seperti temen-temen loe yang lain???”

Mendengar diri mereka dibawa-bawa, temen-temen saya pun naek pitam. Hampir terjadi tawuran preman-preman bersarung di kantin, karena kali ini yang terlibat cek cok bukan Cuma saya dan rasyid, tapi teman-teman saya dan teman-teman rasyid, termasuk yang kepalanya kena hantam bakul nasi.

Akhirnya saya memilih ngalah, bukan karena saya takut, tapi karena omongan rasyid barusan bikin nafsu amarah saya reda. Entahlah, saya merasa ada sesuatu yang penting yang bisa saya dapat dari Rasyid ini. Akhirnya setelah saling maaf-maafan, kami pun kembali ke kelas. Pas mau keluar dari kantin madrasah, saya baru lihat kalau Nyai Fatma (Pemilik kantin) sudah megang penumbuk kopi, mungkin kalau tadi kami gak cepet berhenti, itu penumbuk kopi bakal jadi penumbuk Kepala.
Chapter 16
Juli 2014
Situbondo, Jawa Timur
11:00 WIB

JAMU

Saya menceritakan kejadian di kantin madrasah pagi ini, sama Uci, Erik dan Adi. Dan sepertinya adi sependapat dengan saya, kalau mungkin saja saya bisa dapat informasi dari si Rasyid ini. Dan percakapan pun berlanjut panjang meninggalkan pak jawi dan semua pembahasan tentangnya, sampai kami memutuskan untuk pulang.

Ini bukan hidup saya, dan mereka bukan masalah saya. Saya selalu memikirkan itu, agar saya tidak merasa bahwa saya bisa menjadi tokoh utama di cerita ini, karena ini bukan cerita saya, ini cerita mereka. Tapi kenapa semua orang diam? Gimana bisa mereka tidur dengan tenang sementara di dekat rumah mereka ada sebuah keluarga yang …. Yang apa?? Mengganggu?? Tidak pernah Pak Jawi dan anak-anaknya mengganggu warga. Mungkin perasaan warga saja yang dikuasai rasa takut, termasuk saya. 

Tapi kali ini saya punya alasan kuat kenapa saya harus terus masuk ke dalam masalah ini sampai saya menemukan celah untuk keluar di sisi yang lain. Dan alasan itu adalah keluarga saya. 

Ibu dan kali ini juga Mbah saya adalah pelanggan setia jamu yang diracik pak Jawi. Kesehatan mereka adalah kebahagiaan saya, tapi saya gak bisa berhenti curiga 

“Jamu macam apa yang dibuat oleh pak jawi???”

Ibu saya ambeien, Mbah saya sakit punggung, temen saya lumpuh, tiga penyakit yang sangat jauh jenisnya, dan semuanya bisa sembuh hanya dengan satu macam Jamu???? Para dokter pasti mau jual ijazahnya dan beralih menjadi dukun kalau memang ada jamu seperti itu.

Pernah saya coba rayu keluarga saya untuk berhenti minum itu jamu dan mereka setuju dengan syarat saya harus cariin mereka obat alternatif. Sudah bermacam obat yang saya tawarkan tapi akhirnya mereka balik lagi ke jamu cap Jawi!

Anyway, sore ini saya mau ke rumah pak jawi lagi buat jemput jamu yang dipesan kemarin. Sopankah kalau saya Tanya terbuat dari bahan apakah jamunya??? Ah, nanyain istrinya aja mereka Nyetan apalagi nanyain resep jamu. Akhirnya saya pun menghabiskan waktu saya mendengarkan lagu-lagu dari “L’Arc~en~Ciel” sampai waktu sore tiba.
Chapter 17
Juli 2014
Situbondo, Jawa Timur
15:00 WIB

HUJAN MEMULAI SEMUANYA

Hujan…… Deras……. 
Tapi itu gak menghalangi saya untuk pergi, apalagi si Erik dari tadi sudah nungguin di ruang tamu. Dia pengen ketemu langsung sama pak jawi, dengan alasan andalannya 

“Gue demen yang ginian sob” 

Tapi diucapkan dengan wajah yang takut.

Dan kami pun berangkat.

Rumah pak jawi kelihatan sangat amat menyedihkan kalau lagi hujan lebat gini, terutama bagian atapnya. Pengen rasanya manggil “Tim Bedah Rumah” buat renovasiin rumahnya Pak Jawi, itupun kalau tim bedah rumah siap ngajak Pak Jawi dan enam anaknya nginap di hotel semaleman.

Tapi ada yang aneh sama pak jawi sore ini, beliau keliatan seperti kebingungan mencari sesuatu. Sambil memegang payung di tangan kanan, dan tongkat di tangan kirinya, beliau mondar mandir halaman rumah sambil sesekali melihat ke luar gang.

“Assalamualaikum”

“Waalaikumsalam, beeeeh masok nak”

Pak Jawi mempersilahkan kami berdua masuk ke rumahnya, kami pun mengikutinya perlahan karena tidak mungkin mendahului tuan rumah yang jalannya pelan, dan juga tidak mungkin meninggalkan temen yang jalannya gemeteran di belakang saya.

Seperti biasa, obrolan basa-basi tentang hujan, tentang kesehatan, dan tentang cinta (set dah). Pak jawi bercerita tentang tetangganya yang cantik, yang bahkan di kampung ini gak ada yang secantik dia. Karena hujan menghalangi kami untuk pulang, jadi kami ladenin aja obrolan kakek tua renta yang misterius ini. Tema cinta membuat erik yang awalnya takut menjadi lebih berani, dan sudah tidak segan-segan mengeluarkan tingkah kocaknya, sampai pak jawi ikut tertawa terbahak-bahak.

Saya memperhatikan kursi plastik yang dia duduki, sudah diperbaiki lagi dengan lakban yang kali ini lebih tebal dari sebelumnya. 

“ini pasti gara-gara berat pak jawi yang gak normal itu. Bagaimana mungkin orang tua sekurus ini punya badan seberat itu??? Mungkin benar kata Uci, Adi dan Erik, ada sesuatu yang tak kasat mata yang selalu pak Jawi bawa di atas punggung bungkuknya, Tuyul???”

Mengajak erik adalah langkah yang tepat, sementara dia dan pak jawi saling ngobrol saya bisa leluasa melihat-lihat teras pak jawi, foto-foto yang kemarin, dan celah kecil dari balik pintu kainnya yang sesekali dikibas angin, itu adalah kesempatan saya untuk melihat ke dalam rumah pak jawi

“Terus istri sampean tinggal dimana sekarang???”


Anjriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit! Ini pertama kalinya saya pengen nabok mulut si erik. Tapi untung tangan saya masih megang cangkir teh, jadi kali ini kaki saya yang beraksi menendang tulang keringnya erik sampai dia mengaduh kesakitan. Saya langsung beri isyarat diam dan perlahan-lahan menoleh ke arah pak jawi yang ternyata sedang senyum

“Eh??? Kok gak melotot??”

Pikir saya dalam hati, saya masih gak habis pikir sama reaksi pak jawi yang berbeda dari sebelumnya. Beliau senyum sambil menceritakan istrinya. Sementara si Erik manyun sambil menahan sakitnya.
Chapter 18
Juli 2014
Situbondo Jawa Timur
17:15 WIB

TERBANGUN DI PERMULAAN MALAM

Shalawat di masjid sudah terdengar, sebentar lagi adzan maghrib dimulai. Kami terlalu asyik mendengarkan cerita pak jawi yang ternyata gak seperti yang saya kira. Banyak sekali nasihat dan kata-kata bijak yang saya dapat dari beliau, sama banyaknya dengan info yang saya dapat tentang istri beliau. Terlepas dari beliau bohong atau tidak.

Well hujan sudah lumayan reda, gerimis menjadi penutup obrolan kami dan Pak Jawi hari ini. Kami pun pamit pulang, pak jawi mengantar kami ke halaman sambil menghidupkan obor di masing-masing pohon mangga nya.

“Hati-hati nak, jalanan becek”

Entah kenapa, pak jawi mengingatkan saya pada Almarhum Mbah kung (Panggilan untuk kakek), saya jadi kangen. Kami berdua memindahkan motor dengan hati-hati, karena halaman rumah pak jawi juga becek, dan banyak sekali genangan air.

“Brmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm”

Suara bunyi motor keras sekali, dan tentu saja itu bukan berasal dari motor matic saya.
Dua motor datang dari ujung gang, dengan kecepatan tinggi gak peduli jalan sedang becek. Dan keduanya masuk ke rumah pak jawi, tanpa mengurangi kecepatan, dan pastinya tanpa turun.

Motor yang di depan RX-King jadul, dikendarai oleh dua orang bapak-bapak. Yang satu tambun, berkumis tebal, memakai kopiah putih. Yang satu lagi juga tambun memakai seragam PNS. 

Sementara motor kedua Mega Pro dikendarai oleh anak muda, seumuran kami tapi dia kekar dan tinggi sekali, dan dibelakangnya ada anak kecil, gendut, sedang diikat dengan tali dadung dan

Dug!!!!

Anak itu diturunkan paksa dari motor si kekar yang akhirnya diketahui bernama “Iyo”
Dan anak kecil yang tergeletak ditanah dengan tangan terikat adalah anak pak jawi “SI GENDUT”

Ok!! Saya gak tahu apa yang terjadi, tapi naluri saya gak bisa dibendung melihat anak kecil diperlakukan seperti ini. Saya dan erik langsung menghampiri mereka berempat. Saya bergegas nolong si gendut, erik bergegas mendorong Si Iyo, Si Iyo bergegas menonjok Si Erik, dan Si Erik bergeas jatuh ke tanah becek.

“JEK ROK NOROK!!! NGARTEH???”

Iyo mengancam dengan bahasa Madura yang artinya “Jangan ikut campur!! Ngerti????”

Saya gak perlu ngasih aba-aba untuk diam lagi, karena saya lihat erik sudah keok di tanah dengan wajah nya yang sudah tercampur lumpur dan darah dari hidungnya.

Saya kenal bapak-bapak berkopiah putih ini. Beliau yang sempet bikin onar di kantor desa, dengan teori ngaco nya yang menuduh anak-anak pak jawi adalah jelmaan ular dan sudah memangsa ayam-ayamnya.

Saya tidak ingat setiap perkataan mereka karena saya sibuk dengan si gendut. Rasa takut ataupun (maaf) jijik saya hilang berganti rasa iba. Ini bukan pertama kalinya saya melihat si gendut menangis, tapi kali ini dia beneran nangis sama seperti anak kecil yang lain, saya bisa membedakan air matanya dan air gerimis hujan.

”Wiiiiiiiiiiii!!! Anakna bekna etemmo ngicok ajemma engkok. Mon satia engkok andik bukte wiii!! Engkok ngakoe anakna bekna benni olar, tape maleng!!! Padeh bik Eppaknah”

(Wiii anakmu ketangkep basah lagi nyuri ayam saya. Kali ini saya punya bukti wii!! Saya akui anak kamu memang bukan ular, tapi anak kamu itu MALING!! Sama kayak bapaknya!!)

Bapak berkopiah putih ini namanya adalah “Pak Muhadi”, orang kaya di kampung ini yang terkenal dermawan dan juga pelit dalam waktu yang bersamaan. Sepertinya dia punya dendam sama pak jawi, terkait kasus ayam-ayamnya yang mati itu. 

Terlepas dari benar enggaknya si gendut mencuri, apa yang dilakukan Pak Muhadi tetaplah gak benar. Dan lagian siapa sih dua orang yang diajaknya ini???

“Babaababaabaaaaak”

Si gendut berlari menghampiri Pak Jawi, yang segera memeluknya dan berkata 

“Darimana aja kamu nak?? Kalau maen jangan jauh-jauh, bapak nyariin dari tadi”

Terharu sekaligus kasihan, pemandangan ini jarang terlihat, dan tidak akan pernah terlihat selama warga disini termasuk saya masih melihat Pak Jawi dan Anaknya sebagai sesuatu yang Abnormal.

Tapi Tiga orang ini tidak peduli. Pak Muhadi menuntut uang tebusan untuk ayam-ayamnya yang sudah dicuri si gendut. Dia menunjuk badan si gendut yang penuh bulu ayam, seolah itu adalah bukti dan pembenaran atas perbuatan main hakim sendiri yang sedang dia lakukan ini.

Sementara saya dan erik?? Apa yang bisa saya lakukan? Kami Cuma dua orang pelanggan pengecut yang Cuma bengong melihat Pak Jawi dan Anaknya dianiaya.

“Saya gak mau minta maaf, karena saya tahu Shoim gak bersalah. Tapi ini, saya ada uang. Semoga bisa nebus kehilangan ayam-ayam sampean sekarang. Saya gak punya uang lagi, uang saya sudah habis buat beli ayam yang saya kasih ke sampean tempo hari”

Pinta Pak jawi sambil menyodorkan uang 20.000 yang didapatnya dari saya setelah menjual jamu.

Tentu saja Kata-kata pak jawi itu diucapkan dengan bahasa Madura, dan dengan nada sedih. Sementara si gendut masih menangis dan mengucapkan kata-kata yang sama seperti yang diucapkan si pincang sehabis ditendang sugik

“Beeenggi guuue eeeek, beeeengggi ggueeee” (Bukan saya ooom, bukan sayaaa)

“Cukup udah, saya gak tahan!!! Saya tahu Si Iyo ini adalah algojonya, jadi sebelum saya berurusan sama Pak Muhadi, saya harus urus dulu si Algojonya)

Saya yang hampir kalap, mendekati Si Iyo yang posturnya dua kali lebih besar dari saya. Tapi belum dua langkah saya berjalan Iyo sudah bergegas menuju rumah Pak Jawi atas perintah si Pak Muhadi. Tapi Langkah Iyo terhenti karena kakinya dipegang si gendut 

“Ammmpppoooon eeeek, eeempppooon eeek, gek maaasssssooook” (Jangan om, jangan om, jangan masuk)

Si gendut masih memegangi tangan si Iyo sambil menangis

“Gilaaaaa!!! Selama ini saya pikir kejadian seperti ini Cuma ada di film-film FTV Indosiar yang lebay, tapi kali ini jelas terjadi di depan saya dan Erik. Teriakan si Gendut, dan Bentakan si Iyo, juga suara adzan maghrib pertanda malam sudah datang menambah gaduhnya suasana malam itu”

Sampai akhirnya

Dug!!!

Lagi-lagi seorang anak Pak Jawi ditendang, dan kali ini tepat di depan mata Pak Jawi sendiri.

Keadaan mendadak hening, bersamaan dengan selesainya Adzan maghrib dan... 

Atmosfirpun berubah total, ini hampir sama dengan apa yang saya rasakan malam itu. Hanya saja saat ini, ada erik, dan orang lain yang juga ikut menyaksikannya. Dan saya yakin mereka gak akan pernah lupa apa yang dilihatnya malam ini.


Dan yang terjadi selanjutnya adalah awal dari rentetan kejadian mistis yang mengganggu warga desa saya, selama beberapa bulan kedepan.


Bersambung CHAPTER 15....



Komentar

  1. Saya Ingin Merekomendasikan Situs Agen Poker Online Sekarang bisa deposit Via

    OVO, LINK AJA, DOKU, PAYPRO, GOJEK, T-CASH, DANA & GOPAY. (TSEL - XL)

    Cari menang ? Proses WD yang cepat ? Disini tempatnya.

    CasperQQ - Your Best Poker Game Solution.

    Mau WD berapapun langsung cuss diproses gak pake lama.

    Bonus Regular :

    - Bonus Rollingan 0.3%
    - Bonus referral sebesar 10% + 10% seumur hidup
    - Bonus New Member 10%

    Untuk keterangan lebih lanjut silahkan hubungi contact dibawah ini !!
    Website : WWW.CASPERQQ.SPACE
    Line : Casperqq
    Wechat : CASPERQQQ
    Whatsapp : +855-613-41-467

    Sex+62
    agen poker terpercaya
    agen dominoqq
    ceme

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keluargaku Yang Harmonis Berujung Miris Dan Menyeramkan (CERITA MISTIS NYATA)

Penampakan Tuyul Yang Sering Aku Lihat Dikampungku (Part 3) ITUMISTIS - Perlu diketahui gan, karena aku tinggal di desa maka masih banyak persawahan terbentang luas, ditengah pemukiman pun masih banyak tanah kosong yg tak terurus (kalo diaerahku menyebutnya bon suwung), disana masih banyak pohon yg gede2, tanaman bambu yg rimbun juga semak belukar. Kebetulan rumahku juga deket bon suwung, jadi letaknya dipinggir sebuah gang (halaman rumah jadi satu dengan gang), utara rumahku adalah rumah joglo yg sudah tua milik simbahku, samping rumah joglo itu tanah kosong yg luas (bon suwung), utara bon suwung adalah kuburan.... sementara dibelakang rumahku ada rumah milik pakdheku, belakang rumah pakdheku adalah kali.... kali yg berpuluh2 tahun gak pernah mati karena ada mata air diutara kampungku. Bingung ya gan?emoticon-Bingung  Semua tempat yg aku sebutin itu adalah tempat yg terbilang wingit, apalagi mata air yg terletak di utara kampungku, kata tetua desa kami... di sekitar

KISAH MITOS

Kisah Mitos Tiga Desa Nganteng Bersetubuh Dengan Penunggu Wisata Danau Ngantang Selorejo Malang Cerita Mitos kali ini berkisah nyata tentang akibat Pesugihan.Cerita hantu siluman paling seram dan nyata terbaru ini saya jadikan cerpen horor sebagai artikel pertama untuk mengawali Kumpulan cerita horor nyata seram dan menakutkan terbaru. Sebelum Anda terjerumus, sebaiknya dipikir jernih. Tak ada untungnya melakukan persekutuan gaib dengan makhluk halus. Terlebih dalam urusan kekayaan. Meski enteng syarat dan enteng hasil, namun urusan dibelakangnya sangatlah mengerikan. Segeralah bertobat… Insya Allah, Tuhan memberi jalan terang seterang jalan di Surga. Amin… Pengalamanku terjun di dunia pesugihan, membuatku menyesal seumur hidup. Aku yang kala itu istri dari seorang pimpinan group campursari, sedikitpun tak memikirkan masa depan keluarga. Beratnya menjalankan dan besarnya resiko, tidak lagi sekedar cerita dan mereka yang pernah melakoni dunia pesugihan. Pengalaman mengerikan

Keluargaku Yang Harmonis Berujung Miris Dan Menyeramkan (CERITA MISTIS NYATA)

Suara Misterius Yang Selalu Terdengar (Part 1) ITUMISTIS - Sedikit perkenalan gan, namaku Wawan... Aku tinggal disebuah kampung yg ada dipinggiran kota besar dipulau jawa yg sebagian besar penduduknya masih bertani. Begitu juga dengan orang tuaku, selain bertani mereka juga berdagang. Aku anak kedua dari tiga bersaudara, perlu diketahui gan..tahun 1998 aku lulus SMA, jadi sudah ketebak berapa umurku saat ini. Cerita ini berdasarkan pengalamanku sendiri dan keluarga serta beberapa orang terdekatku. Saat itu aku masih SMA, sepulang sekolah aku dan adik serta kakakku membantu ortuku disawah karena saat itu adalah musim tanam, jadi butuh tenaga ekstra yg tidak mungkin hanya dikerjakan oleh kedua orang tuaku. Sekitar jam 4 sore aku berniat pulang... "Pak aku pulang duluan ya... soalnya tadi udah janjian sama temen" kataku ke bapak. "Ya gak apa2, lagian juga sudah mau selesai kok" kata bapak. Akupun bergegas pulang dengan motorku, sementar